Sederhananya, Revolusi Industri Keempat (4IR) ditandai dengan konvergensi teknologi digital, fisik, dan biologis. Konvergensi ini telah menghasilkan terobosan di bidang-bidang seperti kecerdasan buatan (AI), robotika, bioteknologi, dan Internet of Things. Integrasi otomatisasi dan AI yang tiba-tiba ini pada gilirannya menimbulkan tantangan bagi tenaga kerja global.
Peran pekerjaan tradisional bisa berkembang atau malah ketinggalan jaman, sehingga menimbulkan kekhawatiran akan perpindahan pekerjaan, sehingga pelatihan ulang dan peningkatan keterampilan sangat penting untuk membantu para pekerja beradaptasi dengan perubahan lanskap pekerjaan.
Mengingat ASEAN merupakan pasar internet dengan pertumbuhan tercepat di dunia – diperkirakan terdapat 125.000 pengguna baru yang mengakses internet setiap hari – kesenjangan digital antara mereka yang memiliki akses terhadap teknologi dan mereka yang tidak memiliki akses semakin besar, sehingga menyebabkan kesenjangan dalam pendidikan, kesempatan kerja, dan akses untuk informasi.
Di daerah pedesaan dan negara-negara berkembang di ASEAN seperti Kamboja dan Laos, terbatasnya konektivitas dan akses terhadap alat-alat digital menghambat partisipasi dalam ekonomi digital.
Gelombang digitalisasi tidak hanya menghasilkan pertumbuhan besar di sektor barang dan jasa, namun juga memunculkan bentuk-bentuk lapangan kerja baru, yang secara mendasar mengubah lanskap pekerjaan di masa depan.
Pekerjaan jarak jauh pada dasarnya sudah menjadi hal yang lumrah, dan pandemi ini telah melahirkan generasi wirausaha dan pekerja baru, yang dikenal sebagai ekonomi gig, yang telah mengalami transformasi signifikan di kawasan ASEAN.
Sudah menjadi hal yang lumrah bagi individu untuk melakukan dua atau bahkan tiga pekerjaan berbeda secara bersamaan. Semakin banyak wirausaha bermunculan dalam berbagai peran, seperti supir sewaan swasta, penyedia layanan pesan-antar makanan, dan penyedia layanan online.
Untuk benar-benar memanfaatkan potensi 4IR, ASEAN harus memprioritaskan pembangunan kumpulan talenta yang kuat dan tangkas yang dapat menavigasi tantangan dan inovasi di era transformatif ini.
4IR menawarkan peluang untuk mengembangkan pasar dan model bisnis baru, dengan sektor-sektor yang berkembang seperti e-commerce, fintech, dan hiburan digital yang muncul dari revolusi digital.
Di Thailand, pemerintah telah mendorong kebijakan ekonomi “Thailand 4.0”, yang bertujuan untuk mengubah perekonomian negara menjadi perekonomian yang didorong oleh inovasi.
ASEAN juga harus mengevaluasi kembali sistem pendidikannya agar selaras dengan tuntutan 4IR. Penekanan yang lebih besar pada mata pelajaran STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika), ditambah dengan peningkatan program literasi digital, akan memastikan bahwa siswa lulus dengan keterampilan yang relevan. Dengan adanya dorongan menuju manufaktur cerdas, terdapat kebutuhan akan lembaga dan program pelatihan khusus untuk meningkatkan keterampilan tenaga kerja lokal dalam bidang teknologi informasi dan teknologi operasional.
Misalnya, Singapura secara strategis memposisikan dirinya sebagai pusat teknologi global melalui inisiatif seperti “SkillsFuture.” Pemerintah Singapura terus-menerus mempromosikan pembelajaran seumur hidup dan peningkatan keterampilan, memberikan subsidi dan hibah untuk mendorong individu memperoleh keterampilan yang relevan dengan teknologi 4IR, seperti analisis data, AI, dan keamanan siber.
Untuk berpartisipasi penuh dalam 4IR, akses terhadap teknologi digital sangatlah penting. Pemerintah harus berinvestasi dalam infrastruktur digital dan memastikan bahwa masyarakat pedesaan dan marginal memiliki akses terhadap internet dan alat-alat digital.
Indonesia, dengan negara kepulauannya yang luas, menghadapi tantangan unik dalam memastikan akses yang adil terhadap peluang 4IR. “Rencana Broadband Indonesia” bertujuan untuk menyediakan akses internet ke daerah-daerah terpencil, memungkinkan masyarakat pedesaan untuk berpartisipasi dalam ekonomi digital.
4IR telah memberikan dampak transformatif terhadap negara-negara di kawasan ASEAN, secara signifikan meningkatkan kesejahteraan warganya melalui modernisasi pemberian layanan sosial yang mendasar. Kunci keberhasilan ASEAN dalam lanskap ekonomi yang berkembang pesat ini terletak pada kemampuannya dalam memberdayakan masyarakatnya, menciptakan lingkungan di mana talenta dapat berkembang, dan memastikan adanya kesempatan yang sama bagi semua orang.
Sekarang adalah waktu yang tepat untuk berinvestasi dalam membina bakat dan mendorong inovasi. Hasil dari upaya-upaya ini tidak diragukan lagi akan mendorong kawasan ASEAN menuju masa depan yang ditandai dengan pertumbuhan berkelanjutan dan kesejahteraan bagi seluruh warganya. Transformasi ini bukan hanya sebuah kemungkinan; ASEAN harus tetap relevan dan kompetitif di abad ke-21.
Ditulis oleh: Dato Sri Vijay Eswaran
Diterjemahkan dan dilansir dari: The Star