Drama Start-Up sempat menjadi buah bibir pada akhir tahun 2020. Drama ini berfokus tentang empat anak muda dalam lingkup romansa, ikatan keluarga, karir, bisnis, dan lainnya.
Start-Up berkisah tentang mereka yang bekerja di perusahaan startup. Tokoh utamanya bernama Seo-Dal-Mi, ia bercita-cita ingin menjadi seperti Steve Jobs.
Seo-Dal-Mi
Lalu ada Nam-Do-San, pendiri Samsan Tech yang dulunya adalah si jenius matematika tetapi tidak ada perkembangan berarti dalam hidupnya.
Nam-Do-San
Kemudian ada Han-Ji-Pyeong, anak yatim piatu dan pekerja keras hingga bisa ada di posisinya sekarang sebagai pemimpin SH Venture Capital.
Han-Ji-Pyeong
Dan ada Won In Jae yang berusaha keras untuk menciptakan kesuksesannya tanpa bantuan ayahnya yang kaya raya.
Won In Jae
Ternyata drama ini populer tak hanya karena pemain-pemain papan atasnya. Tapi juga karena alur cerita dan pelajaran bisnis dari drama Start-Up mampu memberi insight pada penonton tentang dunia bisnis dan pelajaran hidup lainnya.
Artikel ini akan membahas pelajaran bisnis apa saja yang dapat Anda ambil dari dan beberapa istilah bisnis di drama Start-Up.
Istilah Bisnis di Drama Start-Up
Berikut beberapa istilah bisnis di drama Start-Up:
1. Family, Friends, Fools (3F)
3 hal ini bisa menjadi investor pertama ketika Anda berniat untuk mendirikan sebuah perusahaan. Jadi, keluarga, teman, dan orang-orang biasa adalah investor awal Anda.
Dalam bisnis penjualan langsung, orang-orang terdekat Anda juga dapat menjadi potensi pelanggan Anda.
Sehingga cara paling mudah untuk mendapatkan pendanaan dan modal adalah bekerjasama dengan mereka karena notabene mereka adalah lingkup orang terdekat Anda.
2. Angel Investor
orang kaya raya yang mau menjadi investor untuk perusahaan Start-Up (rintisan). Dalam dunia bisnis, Angel Investor menjadi penyokong keuangan dan membimbing perusahaan Start-Up tersebut.
3. Sandbox
tempat tumbuhnya perusahaan Start-Up yang berasal dari regulatory sandbox. Yakni tempat uji coba dan program pengawasan untuk perusahaan Start-Up dalam jangka waktu 6 sampai 12 bulan.
Tujuannya yakni agar tidak ada perusahaan yang melenceng dan dapat membantu perkembangan bisnis Start-Up.
4. Hackathon
Acara kolaborasi di dunia peretasan di mana beberapa orang membentuk tim yang berisi programmer komputer, desainer, hingga manajer yang akan berkumpul dan membuat sebuah software.
Satu tim terdiri dari 5 sampai 6 anggota. Perannya yakni ada Hacker, Hustler, dan Hipster.
Hacker berperan melakukan tugas pengkodean atau coding dalam program aplikasi. Hustler bertugas untuk memegang kendali terhadap perkembangan bisnis sekaligus menjadi CEO perusahaan.
Dan Hipster bertugas mempresentasikan dan mempromosikan ide bisnis yang sudah jadi. Hipster juga harus bertanggung jawab pada desain aplikasi bisnisnya.
5. Keyman
seseorang yang punya peran penting dalam pengambilan keputusan di suatu perusahaan. Mereka adalah orang-orang yang memegang minimal 60% saham perusahaan.
6. Burn Rate
perhitungan biaya pengeluaran perusahaan dalam kegiatan operasional yang harus dihitung per bulan. Jika suatu perusahaan mengeluarkan biaya 50 juta, maka burn rate perusahaan tersebut sebesar 50 juta.
7. Demo Day
momen ketika tim perusahaan Start-Up harus mempresentasikan ide bisnis untuk menarik investor. Para mentor, klien, brand, investor, dan pihak penting lain biasa hadir dalam acara ini.
Acara ini sekaligus cara direct selling atau menjual perusahaan Anda secara langsung kepada beberapa pihak tertentu.
8 Pelajaran Bisnis dari Drama Start-Up
Dan ini adalah 8 pelajaran bisnis dari drama Start-Up yang bisa bermanfaat untuk Anda:
1. Bisnis Wajib Punya Tujuan
Perusahaan Do-San yakni Samsan Tech menawarkan ide bisnis yang bagus saat ia dan timnya menjadi juara kompetisi pembelajaran mesin fiksi paling bergengsi yaitu Kompetisi CODA.
Para investor memperebutkan Samsan Tech. Namun, lama-lama investor pergi karena Samsan Tech tak punya rencana dan tujuan bisnis yang jelas dalam jangka panjang.
Do-San tidak memikirkan hal itu. Ia hanya tahu tentang bagaimana cara meningkatkan keakuratan algoritma pengenalan gambar untuk bisnisnya.
pelajaran:
Kehebatan teknologi mesin fiksi, pengetahuan algoritma, hingga cemerlangnya otak Do-San dan timnya ternyata tidak cukup untuk membangun perusahaan barunya.
Begitu pula dengan bisnis Anda. Ide memang penting, namun proses dan rancangan bisnis untuk jangka pendek maupun jangka panjang juga harus berjalan beriringan agar bisnis tetap cemerlang.
Dan dalam bisnis direct selling, para pebisnis tidak harus membuat perusahaan mereka sendiri. Namun mereka harus memikirkan tujuan sukses dari bisnis tersebut.
Contohnya, tujuan untuk mencapai penghasilan tertentu dalam jangka waktu 3 tahun. Jadi, bangunlah rancangan dan strategi bisnis Anda yang jelas mulai dari sekarang!
2. Cari Partner Bisnis yang Saling Melengkapi
Do-San memang jenius dan suka perhitungan algoritma. Namun dia tidak punya visi untuk memajukan perusahaannya. Selain itu, ia juga tipikal orang yang sering gugup saat berinteraksi di depan orang lain.
Sehingga ia akan kesulitan mengelola bisnisnya jika ia hanya seorang diri. Ia juga kesulitan karena sudah tiga tahun belum mendapat investor.
Lalu Han-Ji-Pyeong memberi saran kepada Do-San untuk mencari partner yakni mencari CEO yang memiliki karakter dapat memimpin sebuah tim dan memperkenalkan Samsan Tech lebih luas. Do-San akhirnya merekrut CEO baru sebagai partner bisnis.
pelajaran:
Do-San lebih mampu menjabat sebagai Chief Technology Officer karena ia sangat menyukai pengkodean, algoritma, dan teknologi.
Memang tak semua orang bisa menjadi CEO. Anda juga harus peka pada potensi tiap partner dan tim Anda.
Setiap bisnis butuh partner bisnis, termasuk dalam bisnis direct selling. Anda bisa mencari partner yang mampu melengkapi kekurangan Anda. Carilah partner sesuai kebutuhan, pastikan ia orang yang terpercaya, bertanggung jawab, dan seseorang dengan visi jelas.
3. Chemistry vs Kredibilitas
Do-San sempat berhadapan dengan keputusan untuk memilih antara Tim Seo-Dal-Mi atau Tim Won In Jae. Seo-Dal-Mi ingin Do-San merekrutnya sebagai CEO. Sedangkan Won In Jae ingin merekrut Do-San sebagai programmer di perusahaannya.
Dal-Mi tidak memiliki gelar perkuliahan, pengalamannya masih minim, dan kredibilitasnya belum setinggi Won In Jae. Di sisi lain, Won In Jae justru sudah berpengalaman menjadi CEO.
Jika Do-San dan timnya merekrut Dal-Mi, maka mereka bisa menjadi partner bisnis yang setara. Sedangkan jika bergabung dengan In Jae, maka mereka bekerja sebagai bawahan karena In Jae adalah orang yang sangat professional.
Pada akhirnya, Do-San pun merekrut Dal-Mi menjadi CEO Samsan Tech dan mereka bekerja bersama sebagai sebuah tim yang solid.
pelajaran:
Chemistry tim dalam sebuah bisnis sangatlah penting. Nam-Do-San lebih nyaman berkomunikasi dengan Seo-Dal-Mi. Ia dan timnya bisa tertawa, bersenang-senang, melakukan hal konyol, dan cocok dalam berbagai hal.
Sedangkan jika dengan Won In Jae, mereka bisa jadi menjadi partner yang kaku dan akan terjadi banyak gesekan.
Sehingga pelajaran bisnis dari drama Start-Up ini adalah, kredibilitas seseorang tidak selalu menentukan cocok atau tidaknya dia dengan Anda. Pilihlah partner bisnis yang chemistryÂ-nya saling melengkapi antara Anda dengan dia.
Chemistry dan dinamika tim penting dalam bisnis apapun, termasuk bisnis direct selling . Hal ini karena dalam satu tim terdiri dari beberapa orang dengan peran masing-masing yang dapat saling mendukung bisnis Anda.
4. Gelar Bukan Segalanya
CEO baru Samsan Tech yakni Seo-Dal-Mi adalah perempuan lulusan SMA. Namun ia adalah sosok pekerja keras sehingga mampu menjadi CEO. Ia juga memenangkan Sandbox’s Demo Day , bahkan terpilih jadi CEO di program Hackathon Sandbox.
pelajaran:
Pendidikan memang penting. Gelar pun penting. Tapi tidak ada jaminan bahwa orang yang memiliki gelar pasti sukses.
Dalam bisnis direct selling, siapa saja memiliki peluang untuk sukses. Tidak perlu gelar dan kualifikasi asal bersedia untuk belajar dan bekerja keras. Anda harus bekerja keras untuk meraih kesuksesan. Bukan bergantung pada gelar sarjana Anda.
5. Jadilah Pebisnis dengan Karakter Tangguh
Seo-Dal-Mi ialah sosok pekerja keras dan memiliki semangat tinggi untuk maju. Meski ia juga pernah gagal saat ia salah membaca kontrak sehingga perusahaannya pun bubar.
Namun, Seo-Dal-Mi tidak menyerah. Ia tetap tangguh, berani mencoba, dan berani mengambil resiko. Selain itu, ia pintar dalam memilih mentor yang tepat untuk kebutuhannya mengelola perusahaan.
Tak hanya itu, Seo-Dal-Mi selalu terbuka dengan kritik terhadap dirinya. Ia pun bisa membangun tim yang solid dan kompak.
pelajaran:
Pelajaran bisnis dari drama Start-Up kali ini adalah Anda harus menjadi sosok yang tangguh, berani, dan tidak mudah menyerah. Kenapa sikap tersebut harus Anda miliki? Karena kesempatan tak datang dua kali.
Sikap ini juga sangat penting di bisnis direct selling karena seperti bisnis lainnya, direct sellers akan mengalami penolakan dan butuh sikap “never give up” untuk sukses.
6. Ikuti Mimpimu Sendiri
Sosok Do-San saat muda adalah seseorang yang jenius dan pandai, namun ia tidak percaya diri. Ia tumbuh dalam tekanan orang tuanya yang memiliki ekspektasi tinggi terhadapanya. Sehingga Do-San tertekan dan menggerus rasa percaya dirinya.
pelajaran:
Anak bukanlah pencetak mimpi orang tua. Jika Anda memiliki anak, maka biarkan ia bertumbuh, berkembang, mengalami kegagalan, keberhasilan, dan sebagainya. Dukung dan ikutilah prosesnya hingga anak Anda berhasil.
Jika Anda adalah seorang anak seperti Do-San yang tertekan karena ekspektasi orang tua Anda, maka bicaralah baik-baik dengan orang tua Anda. Setiap orang punya keunikan dan kompetensinya masing-masing.
Mimpi adalah driving force dalam bisnis direct selling. Jika Anda tergoda untuk menyerah, berpikirlah mengapa Anda merintis bisnis direct selling ini.
7. Kritik adalah Hal yang Baik
Han-Ji-Pyeong yang notabene menjadi mentor di Samsan Tech kerap melemparkan kritik pedas di depan tim Samsan. Salah satu contohnya adalah saat momen para tim Samsan merancang proposal modal kerja.
Namun Han-Ji-Pyeong memberi kritik terkait pembagian saham tiap anggota. Kritikan tersebut juga tertuju pada sang CEO, Seo-Dal-Mi.
Saat itu, Dal-Mi tidak sedih dan marah. Ia justru lebih tegas dalam mengambil keputusan pasca menerima kritikan tentang kinerjanya. Ia tidak ragu dalam proses pengambilan keputusan dan tidak menaruh kritikan tersebut hingga ranah perasaan pribadinya.
pelajaran:
Kritik mungkin memang bisa membuat Anda marah dan sedih. Namun contohlah Dal-Mi karena ia beranggapan bahwa kritik adalah hal baik sebagai proses evaluasi diri.
Anda dapat menjadi sosok yang tidak takut untuk evaluasi diri saat menerima kritik. Maka manfaatkan kritik untuk memperbaiki diri Anda.
8. Jangan Terpuruk Terlalu Lama
Seo-Dal-Mi adalah sosok yang mandiri, berani dan tidak takut dalam pengambilan keputusan. Namun saat episode pertama, kehadiran kakaknya mempengaruhi pola pikirnya. Seo-Dal-Mi hidup terpisah dengan kakaknya.
Dal-Mi hidup berdua bersama ayahnya. Di sisi lain, Kakak Seo-Dal-Mi adalah pebisnis yang sudah sangat sukses.
Saat itu, Seo-Dal-Mi berpikir negatif dengan memikirkan seandainya ia tidak hidup bersama ayahnya dan hidup bersama sang kakak, mungkin ia juga sudah sukses saat itu.
Namun, penyesalan dan keterpurukan Seo-Dal-Mi tidak berlangsung lama. Ia segera menepis pikiran negatif tersebut dan bangkit untuk memperjuangkan kesuksesannya. Ia juga tidak menyesal memilih hidup bersama ayahnya.
pelajaran:
Penyesalan dan kesedihan pasti ada dalam hidup Anda. Namun Anda tidak boleh sedih terlalu lama. Sedihlah secukupnya dan bangkit lagi untuk memperjuangkan hidup maupun bisnis Anda.
Itu tadi pelajaran bisnis dari drama Start-Up untuk menambah wawasan Anda di dunia bisnis. Apa pelajaran paling berharga menurut Anda?
Jika sudah belajar seputar dunia bisnis dari Start-Up, Anda bisa mulai belajar berbisnis bersama QNET. Yakni bisnis penjualan langsung berbasis perdagangan elektronik (e-commerce) yang menawarkan berbagai produk kesehatan, kebugaran, dan gaya hidup.
Selamat belajar! Selamat berbisnis!
Baca Juga : Terjun ke Direct Selling, Ini yang Kamu Perlu Tahu